Senin, 01 September 2008

Yesus Kristus dan Karya Penyelamatannya


Yesus adalah salah satu tokoh yang paling kontroversial sepanjang zaman. Bukan hanya dalam Kekristenan, tetapai dalam masyarakat umum, Yesus senantiasa menimbulkanbanyak pertanyaan. Mengenal Yesus mesti komplit, secara iman dan dan realitas. Mengenal Yesus dengan lebih dekat bisa dilakukan dengan mengenal lingkungannya, masyarakatnya, kebiasaannya,dll.
Banyak sumber yang bisa ditelusur untuk mengenal Yesus. Berikut ini

Yesus Kristus dan Karya Penyelamatan-Nya
Aku Percaya akan Yesus Kristus
Syahadat hasil konsili Nikea Konstantinopel
Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa,
pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan dan tidak kelihatan;
Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
Putera Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus;
Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati;
Kerajaan-Nya takkan berakhir.
Aku percaya akan roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putera;
Yang serta Bapa dan Putera, disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para Nabi.
Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
Aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa.
Aku menantikan kebangkitan orang mati dam hidup di akhirat.

Sumber mengenal Yesus Kristus
Ada dua sumber utama untuk mengenal Yesus, yaitu Tradisi dan Kitab Suci.
Tradisi
Tradisi adalah proses komunikasi iman dari satu angkatan kepada angkatan berikut dan di antara orang sezaman. Tradisi berarti penyerahan, penerusan, dan komunikasi terus menerus.
Mengenal Yesus melalui Tradisi berarti memahami Yesus seperti orang-orang dulu memahami Yesus, yaitu orang-orang yang dekat dengan Yesus dan masa sesudahnya.

Asal Usul Yesus
Gambaran seputar kelahiran Yesus dalam Injil Lukas:
1. Ada sekelompok gembala yang datang ( Luk 2:8-20),
2. Penyunatan dan penyerahan Yesus di Kenisah (Luk 2:21-40),
3. Yesus yang pada umur 12 tahun tinggal di kenisah (Luk 2: 41-52)
Gambaran menurut Matius:
1. Kunjungan para sarjana dari Timur (Mat 2:1-12),
2. Pengungsian ke Mesir (Mat 2:13-15.19-23),
3. Pembunuhankanak-kanak di Yerusalem.
Meskipun ada sedikit perbedaan, Matius dan Lukas tidak ingin memberi informasi yang baru, melainkan mencoba menerangkan (dalam bentuk cerita) misteri Kristus sebagai manusia adalah Anak Allah.
Dari pemberitaan Matius dan Lukas ada lima bagian yang kurang lebih sama:
(1). Maria, ibu Yesus, adalah seorang perawan.
(2). Maria menerima kabar dari malaikat
(3). Maria akan mengandung karena Roh Kudus
(4). Yusuf yang adalah keturunan Daud tidak tahu mengenai hal itu
(5). Anak yang akan lahir harus diberi nama Yesus, sebab Ia penyela-mat, anak Daud

Peristiwa yang Menyatakan Keistimewaan Yesus
1. Yesus Pembawa Berita Gembira
• Yesus mewartakan Injil (kabar gembira) mengenai Kerajaan Allah yang akan datang dengan segera.
• Kegembiraan lain yang dibawa oleh Yesus adalah mukjizat. Mukjizat Yesus adalah pewartaan nyata bahwa Kerajaan Allah sudah datang. Mukjizat itu tanda Kerajaan Allah, bukan bukti yang ahrus mendasari wibawa Yesus.
2. Penyerahan kepada Bapa
• Yesus adalah sosok yang setia dengan tugas yang diemban-Nya. Yesus taat sampai wafat di salib.
• Di salib pun Yesus tetap mempertahankan kesatuan-Nya dengan Allah dan taat kepada tugas yang diberikan kepda-Nya sampai selesai.
• Dalam saat yang mencekam itu Ia memperlihatkan pokok kehidupan-Nya, yaitu penyerahan total kepada Allah.
• Bentuk penyerahan dalam Injil Matius dan Markus ditulis “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
• Bentuk penyerahan dalam Injil Lukas tertulis,”Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku”.
• Bentuk penyerahan dalam Yohanes tertulis, “Selesailah sudah!”.
3. Menyebut Allah “Abba”
• Hubungan istimewa Yesus dengan Bapa terungkap dalam sebutan Abba yang berarti Bapa tercinta.
4. Kebangkitan
Kebangkiktan tidak hanya berarti bahwa “Allah melepaskan Dia dari sengsara maut” (Kis 2:24). Dengan kebangkitan Allah sangat meninggikan Yesus, bahkan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama (Flp 2:9).
5. Menyebut Diri-Nya Utusan Allah
Mengakui Yesus sebagai Anak Allah berarti mengakui Yesus sebagai utusan Allah. Dalam Injil Yohanes banyak kita temukan teks mengenai yesus sebagai utusan Allah. Misalanya bab 3:17, “ Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia”.
Sebutan Anak untuk Yesus menjelaskan bahwa Yesus memiliki hubungan pribadi dengan Allah yang mengutus-Nya.
6. Disebut Anak Allah yang Mahatinggi
Tindakan Yesus, terutama mukjizat-mukjizat-Nya menakjubkan. Banyak orang terkagum-kagum dengan tindakan Yesus. Berbagai ungkapan dimunculkan untuk menunjukkan kekaguman itu, misalnya: “Yang begini belum pernah kita lihat.” ; “siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya”. Dll. Dari rasa kagum dan heran inilah mereka menulis mengenai Yesus yang datang dari Allah.
Yesus disebut Anak Allah karena menghubungkan kita dengan Allah, karena menjadi pengantara kita dengan Allah. Yesus merupakan titik temu antara manusia dengan Allah.
7. Hubungan Yesus dengan Allah
Antara Yesus dengan Allah terdapat hubungan yang unik. Ini adalah rahasia iman kita, namun baiklah kalau kita mencoba sedikit men-jelaskan itu. Yesus dan Allah itu berbeda namun juga sama. Jelas bahwa Yesus Kristus itu adalah Allah dan manusia (100% Allah dan 100% manusia.
Ke-Allahan Yesus sama dengan Allah Bapa. Sebagai manusia, Yesus bersatu padu dengan seluruh umat manusia keturunan Adam. Sebagai Allah Ia bersatu padu dengan Allah Bapa.
Allah ada dalam diri-Nya bukan untuk dimiliki sendiri melainkan untuk dipertemukan dengan semua orang. Ia sungguh Allah untuk manusia.
8. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dapat dijelaskan di sini bahwa memahami Yesus tidak cukup jika hanya melihat-Nya sebagai manusia atau sebagai Allah saja. Yesus harus dilihat dalam kesempurnaan sebagai manusia dan sebagai Allah. Yesus sungguh manusia dan sungguh Allah.

Yesus Memaklumkan Kerajaan Allah
Dalam syahadat memang hampir tidak disinggung mengenai pewartaan dan perbuatan Yesus, padahal Injil penuh dengan pewartaan dan perbuatan-Nya, yang merupakan “Kabar Baik” untuk umat manusia.
Kita tidak akan jauh melangkah untuk melihat banyak hal mengenai pengajran Yesus. Kita maumencoba melihat situasi zaman Yesus, supaya kita bisa menyadari hubungan warta dan tindakan-Nya. Sebab pewartaan yesus tidak bisa dilepaskan dari situasi yanga da di daerahnya (konteksnya).
Situasi Zaman Yesus
a. Latar Belakang Geografis
Secara geografis, Palestina dibagi dalam dua daerah yang sangat berbeda. Daerah pertama adalah Yudea. Daerah ini merupakan daerah pegunungan yang terletak di sekitar Yerusalem dan Bait Allah. Lahan daerah ini gersang dan kering. Di sini dibudidayakan buah zaitun. Juga ada peternakan kambing dan domba.
Daerah lain adalah Galilea. Daerah ini adalah bentangan subur yang sangat baik untuk pertanian jagung dan peternakan. Di daerah ini ada rute perdagangan dari Damsyik ke laut dan dari Damsyik ke Yerusalem. Para pedagang memiliki pengaruh yang besar di daerah ini, maka tidak mengherankan jika di sini banyak penduduk berdarah campuran, yang oleh orang yahudi dibenci. Di sepanjang pantai dan danau terdapat nelayan. Danau Galilea merupakan salah satu sumber hidup bagi masyarakat.
Singkatnya, dipandang dari sudut geografis sosial terdapat perbedaan yang mencolok antara desa-desa yang berswasembada di daerah Galilea dengan kota-kota yang telah berkembang di Yudea, terutama Yerusalem, yang telah menyerap banyak tenaga kerja.
b. Latar Belakang politik
Dalam sejarahnya, Israel hampir selalu jatuh ke tangan bangsa lain. Setelah masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia, enam abad sebelum Yesus, Palestina tunduk pada kekaisaran Persia, Yunani dan Romawi.
Secara internal, Palestina dipimpin oleh raja yang sebenarnya adalah boneka penguasa Romawi. Selain pejabat boneka tadi, masih ada golongan kaya pemilik tanah dan golongan pemimpin keagamaan yang suka menindas rakyat. Golongan-golongan ini suka memihak penjajah agar tidak kehilangan kedudukannya.
Struktur kekuasaan itu bisa digambarkan dengan piramida. Puncak kekuasaan politik adalah prokurator Yudea (semacam gubernur), ia harus seorang Romawi. Ia berwenang menunjuk imam agung. Di Yudea, posisi Imam Agung sekaligus sebagai raja wilayah. Di Galilea, raja dipimpin oleh Herodes Antipas, boneka Romawi.
Roma mengendalikan perekonomian, karena Roma memiliki kekuasaan untuk mencabut hak milik. Maka para aristokrat/pemilik modal lebih suka bekerjasama dengan Roma.
Selain itu ada pejabat-pejabat yang dipilih oleh Roma untuk urusan mengumpulkan pajak. Mereka biasanya bukan orang Yahudi, bisa orang Roma, bisa orang Siria atau Palestina yang bukan Yahudi.
Keadaan ini sungguh menekan rakyat. Maka tidak mengheran-kan jika sering terjadi pemberontakan. Golongan yang getol memperju-angkan kemerdekaan adalah golongan Zelot di Galilea. Namun pemberontakan itu kerapkali mudah dipadamkan.
c. Latar Belakang Ekonomi
Penduduk Palestina pada zaman Yesus diperkirankan kurang lebih 500.000 jiwa dan penduduk Yerusalem 300.000 jiwa. Maka membicarakan keadaan ekonomi harus dibedakan keadan di kota dan di desa.
Penduduk desa umumnya memiliki lahan kecil pertanian. Seba-gian besar tanah dikuasai oleh tuan tanah yang tinggal di kota. Lahan pertanian yang luas di Galilea dipergunakan untuk pertanian jagung dan peternakan. Di Yudea yang lebih kering digunakan untuk pertanian zaitun dan ternak kambing domba yang juga dikelola oleh tuan tanha yang tinggal di kota. Rakyat kebanyakan menjadi penggarap atau gembala. Selain petani penggarap dan gembala, amsih ada kelompok pengrajin kecil yang mengadakan perdagangan dengan sistim barter.
Di perkotaan terdapat tiga sektor perekonomian. Pertama para pengrajin tekstil, makanan, wangi-wangian dan perhiasan. Kedua mereka yang bekerja di bidang konstruksi dlam rangka pembangunan Bait Allah, istana-istana para aaritokrat danperumahan. Diperkirakan sekitar tahun 60 SM ada 18.000 buruh bangunan di Yerusalem. Ketiga para pedagang. Para pedagang besar memiliki budak dan memperjualbelikan kebutuhan baku dan hasil pertanian.
Sebagian besar penduduk Palestina adalah rakyat kecil yang keadaan ekonominya cukup aprah. Dalam situasi yang parah itu mereka masih dibebani oleh berbagai macam pajak. Konon pajak dan pungutan rakyat mencapai 40% dari pendapatan rakyat.
d. Latar Belakang Sosial
Masyarakat Palestina terbagio dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat tiga keals atau kelompok sosial. Tuan tanah besar, kebanyakan mereka tidak tinggal di lahan mereka, pemilik tanah kecil dan pengrajin, kaum buruh dan budak.
Di daerah perkotaan juga terdapat tiga lapisan masyarakat. Lapisan atas adalah kaum Aristokrat termasuk di dalamnya adalah Imam Agung, pedagang-pedagang besar dan pejabat-pejabat tinggi. Lapisana kedua adalah pengrajin, pejabat-pejabat rendahan, awam atau imam dan kaum Levi. Lapisan ketiga adalah para buruh
Selain kelas-kelas sosial di atas, pada masyarakat Palestina waktu itu terdapat diskriminasi antara lain:
• Diskriminasi rasial (atau Kasta). Yang dianggap sepenuhnya orang israel adalah keturunan Abraham. Maka orang-orang Yahudi Galilea selalu dihina karena berdarah campuran. Orang Samaria juga tidak dianggap karena percampuran Yahudi kafir.
• Diskriminasi seksual. Pada zaman Yesus, orang-orang yahudi berpendapat bahwa bahwa nafsu seksual tidak dapat dikendali-kan maka mereka berusaha melindungi kesusilaan dengan mengucilkan perempuan, anggapan mereka perempuan itu sumber nafsu. Kaum perempuan tidak bisa ikut dalam kehidu-pan bermasyarakat dan harus tinggal di rumah. Dalam keaga-maan kedudukan perempaun setara dengan budak dan kafir dan anak-anak yang belum dewasa. Kaumperempuan dianggap sebagai saksi yang tidak bisa dipercaya dan tidak bisa menun-jukkan bukti di pengadilan. Dalam perkawinanpun hak perem-puan sangat terbatas. Berbicara dengan perempuan di jalan itu dianggap tidak pantas.
• Diskriminasi dalam pekerjaan. Ada anggapan bahwa pemilik toko dan para dokter dianggap tidak jujur. Para pedagang dianggap tidak jujur karena mengambil laba, bahkan mereka juga dianggap tidak sehat. Para dokter atau tabib dianggap tidak baik karena bersentuhan dengan wanita yang bukan istrinya. Para rentenir dianggap berdosa dan tidak bisa menjadi saksi dalam pengadilan, apalagi jika pekerjaan mereka mengahruskan bertemud enganorang asing (kafir).
• Diskriminasi terhadap anak-anak. Menurut hukum agama Yahudi, anak-anak dianggap tuna rungu dan tuna wicara, cacat mental dan di bawah umur. Mereka dikelompokkan sama dengan kaum perempuan, budak kafir, orang lumpuh, buta, cacat, dan tua. Maka tidak mengherankan bahwa para murid marah terhadap arang tua yang membawa anaknya kepada Yesus.
• Diskriminasi terhadap orang menderita. Kelompok lain yang secara sosial dan religius dianggap tabu, adalah penderita kusta, orang-orang sakit dan kesurupan. Jelas orang-orang ini tidak bisa mengambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat.
e. Latar Belakang Religius
Hukum taurat sanagat mewarnai tata kehidupan orang-orang Israel (Yahudi). Orang-orang Farisi berusaha menjaga warisan dan jati diri Yahudi itu. Mereka menyoroti ketaan masayarakat terhadap setiap ketentuan Taurat. Mereka berusaha menerepkan hukum pada setiap keadaan hidupnya.
Tetapi mereka sendiri sangat memilih-milih dalam ketaatan mereka. Kerap kali kaum Farisi itu memanipulasi hukum Taurat demi kepentingan mereka sendiri. Bahkan mereka tidak begitu menghiraukan kehadiran bangsa lain asal tidak menggangu kegiatan peribadatan.
Akhirnya perlu dicatat bahwa dalam masyarakat seperti Palestina pada waktu itu, fungsi religius melampaui jangkauankehidupan keagamaan. Bahkan kegiatan keagamaan yang berpusat di Bait Suci menjangkau juga segi politik dan ekonomi. Maka menafsirkan tindakan seseorang melulu dari segi politik saja, atau agama saja tidak bisa. Se-perti kasus Yesus, sebenarnya kasus politis, namun meluas sampai ka-sus keagamaan.

Kesaksian Yesus tentang Kerajaan Allah
Yesus bukan hanya berbicara tentang Kerajaan Allah, tetapi juga memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah. Dari situ nampak seatuan antara Sabda dan Tindakan-Nya. Ia tampil sebagai nabi, namun sekaligus sebagai tabib. Masing-masing meakili unsur nabi dan tabib.
a. Yesus Mengadakan Mukjizat-Mukjizat
Mukjizat yang dilakukan oleh Yesus adalah suatu kegenapan dari Sabda-Nya. Yesus tidak hanya mewartakan kabar gembira, tetapi sungguh memberikan kegembiraan.
Pada zaman Yesus orang menghayati dunia kita sebagai medan pertempuran antara Allahd an si jahat. Roh jahat membuat manusia men-derita dan roh Allah membuat manusia bahagia. Mukjizat yesus adalah perwujudan Roh Allah, Dia memberi sukacita, memberi kebahagiaan.
b. Yesus Bergaul dengan Semua Orang
Yesus dekat dengan sesama-Nya, maka Ia juga sangat terbuka kepada segala orang. Ia bergaul dengan semua orang, ia tidak membeda-bedakan. Ia bergaul dengan orang yang dipandang baik dalam masyarakat, namun Ia juga bergaul dengan orang yang dipandang buruk oleh masyarakat, misalnya pemungut pajak, penjajah, tuna susila, bahkan juga dengan orang yang mengidap penyakit berbahaya.
Harus diingat bahwa pergaulan Yesus dengan orang yang berdosa tidak sesuai dengan adat sopan-santun masyarakat waktu itu. Yesus menjungkirbalikkan tatanan yang berlaku waktu itu. Hal itu nampak dalam dua hal:
i. Sikap Yesus terhadap kaum pendosa.
Bagi orang Yahudi dosa itu menular seperti kuman. Bergaul dengan orang berdosa,makan bersama, ngobrol dengan mereka berarti kena dosa juga, menajdi pendosa juga. Maka orang saleh dilarang bergaul dengan orang yang tidak saleh, nanti ketularan. Bahkan seorang yang beragama baik, dianggap murtad jika berkontak dengan orang berdosa.
Yesus melanggar semua peraturan itu. Ia bergaul dengan se-mua orang, ia makan di rumah pemungut cukai, yang dikenal masyarakat sebagai pendosa karena suka memeras. Ia menyapa orang setengah kafir seperti bangsa Samaria, bahkan Yesus berjalan-jalan ke negeri orang kafir.
ii. Sikap Yesus terhadap wanita
Masyarakat Yahudi menganggap perempuan itu penggoda. Ma-ka seorang laki-laki, apalagi seorang guru dilarang berbicara dengan sembarang perempuan, apalagi jika tidak dikenalnya.
Yesus bergaul dengan siapa saja. Ia menyapa semua perem-puan, bahkan beberapa perempuan setia mengikuti-Nya. Ia berbicara dengan perempuan yang diangap kafir, perempuan Samaria. Bahkan ia membela perempuan yang tertangkap basah berbuat zinah.

Dari contoh-contoh di atas menjadi jelas bahwa pergaulan Yesus sangat terbuka. Ia berusaha merangkul semua orang. Yesus tidak mau terikat oleh peraturan yang diskriminatif.
c. Yesus Membebaskan Manusia dari Beban Hukum
Di antara perbuatan yang dilakukan oleh Yesus, terdapat tindakan tertentu yang mengungkapkan sikap dan pandangan-Nya meng-enai hukum Taurat. Yesus memaklumkan bahwa Allah itu pembebas. Allah ingin memungkinkan manusia mengembangkan diri secara lebih utuh dan penuh. Sebab maksud terdalam dari setiap hukum adalah membebaskan.
Begitu juga dengan hukum Taurat. Yesus selalu memandang hukum Taurat dalam terang kasih. Yang terjadi, orang memandang hukum begitu saja, sehingga mengaburkan makna asli hukum itu sendiri. Misalnya dalam pengetrapan hukum sabat.
Kaum Farisi mau mengetrapkan hukum sabat hingga merugikan perkembangan manusia, maka Yesus memprotes hal tersebut. Karena pada dasarnya hukum sabat bertujuan menyejahterakan manusia jiwa dan raga. Yang diprotes Yesus bukan hukum sabatnya tetapi pengetrap-annya yang keliru.
Sebenarnya hukum sabat mengatakan kepada kita bahwa masa depan kita bukan kebinasaan, tetapi pesta. Dan pesta itu sudah boleh di-mulai sekarang dalam hidup di dunia ini. Cara unggul mempergunakan hari sabat adalah menolong sesama. Hari Sabat bukan untuk mengabai-kan kesempatan berbuat baik. Pandangan Yesus mengenai Taurat ada-lah pandangan yang memerdekakan sesuai dengan maksud asli hukum Taurat itu sendiri.
d. Yesus Memanggil Pengikut-Pengikut-Nya
Sebagai pengkhotbah keliling, Yesus menjumpai banyak orang. Secara tidak langsung hal itu secara perlahan menarik banyak orang untuk berkumpul di sekitarnya. Di samping itu, Yesus tidak memandang kedatangan Kerajaan Allah sebagai pengudusan orang perorang tanpa hubungan dengan yang lain. Maka, karena tinggal di antara manusia Yesus bertindak dengan cara manusia.
Kelompok murid yang ada di sekitar Yesus atau mereka yang meng-ikuti yesus bisa dikelompokkan menjadi tiga lapisan. Lapisan pertama adalah lingkaran luar. Mereka ini adalah orang kebanyakan yang percaya kepada pengajaran Yesus. Kebanyakan mereka tinggal tersebar di seluruh negri dan tetap tinggal bersama keluarga mereka.
Lapisan kedua adalah lingkaran tengah. Mereka adalah para murid yang menyertai Yesus dalam setiap pewartaan-Nya. Kelompok ini terdiri dari laki-laki dan perempuan yang senantiasa datang berkumpul bersama Yesus (bdk. Kis 1:21-22).
Lapisan ketiga adalah lingkaran inti. Mereka adalah keduabelas rasul yang merupakan kelompok inti. Orang-orang yang dipilih secara khusus dan mendapat pengajaran khusus. Merekalah yang nantinya meneruskan apa yang diajarkan oleh Yesus.
Dari pengikut-pengikut inilah Gereja Perdana akan timbul, yakni sesudah wafat dan kebangkitan-Nya.

Kesimpulan singkat
Yesus Kristus benar-benar manusia dan benar-benar Allah. Hal ini sulit dipahami oleh banyak orang, bahkan sejak awal Gereja. Ada kecenderungan untuk menjelaskan hal yang sulit ini dengan gambaran yang sederhana, namun salah. Misalnya, ada orang yang berusaha menjelaskan bahwa Yesus itu sungguh manusia tapi bukan sungguh Allah, Dia menjadi Allah hanya karena adopsi belaka. Penjelasan ini salah sebab Yesus Kristus sungguh Putera Allah melalui kodrat-Nya dan bukan melalui adopsi.
Berikutnya ada kelompok yang juga menyangkal bahwa Yesus itu Allah. Kelompok terakhir ini termasuk Hajah Irene. Menurut mereka Yesus itu ciptaan seperti yang lain, maka tidak mungkin Ia menjadi Allah. Untuk menjawab ini bisa dijelaskan bahwa Yesus menjadi manusia sungguh dilahirkan namun bukan dijadikan. Artinya Yesus memang manusia tapi bukan ciptaan. Yesus yang adalah Allah dengan rela hati menjadi manusia (bdk Flp 2:7)
Jadi Gereja mengakui bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia secara tidak terpisahkan. Ia sesungguhnya Putera Allah, yang menjadi manusia seperti kita, namun tetap Allah Tuhan kita.
Sifat manusiawi dan ke-Allahan Yesus bisa kita cari dalam Kitab Suci. Banyak hal bisa menjadi bukti bahwa Ia sungguh manusia dan banyak hal menunjukkan bahwa Dia sungguh.
Untuk memahami Yesus masih harus melihat banyak data dan sumber.


Tidak ada komentar: